PSBS BIAK 1964

Badai Pasifik

KLUB PSBS BIAK 1964

Berdiri : 12 Desember 1964

Julukan Klub : Cenderawasih Kuning, Napi Bongkar, Badai Pasific

Supporter : NAPI BONGKAR

Home base : STADION CENDERAWASIH, BIAK - PAPUA

1975 : FINAL ROUND 16 BESAR PERSERIKATAN NASIONAL (JAKARTA) 1984 : 4 BESAR SURATIN CUP (BANDUNG)

2010 : JUARA DIVISI I NASIONAL BADAN LIGA AMATIR (KARAWANG)

2014 : 8 BESAR DIVISI UTAMA

2017 - SEKARANG : LIGA 2

SEKAPUR SIRIH KLUB PSBS BIAK

PSBS BIAK adalah salah satu Bond Sepakbola yang didirikan pada saat Papua (saat itu Irian Barat) masih dikuasai oleh Pemerintah Kerajaan Belanda. Pendiri PSBS BIAK saat itu dipelopori oleh almarhum TAN DJIET SOEN (DAVID S. BETTAY) dan kawan-kawan pada tahun 1962 dengan nama BIAK VOETBALL BOND atau disingkat BVB.

Seiring dengan masuknya Irian Barat ke Republik Indonesia maka pada tanggal 8 Desember 1964 nama Biak Voetball Bond beralih menjadi PSBS yang merupakan singkatan dari PERSATUAN

SEPAKBOLA BIAK dan SEKITARNYA. Adapun pemilihan nama Bond PSBS yang mengandung kata “SEKITARNYA” karena saat itu Kabupaten Teluk Cenderawasih yang beribukota Biak bukan hanya daratan Biak saja tetapi juga mencakup Supiori dan Numfor sebagai 3 daratan besar (yang nantinya akan tersirat juga pada Logo PSBS).

Setelah terbentuknya perserikatan PSBS Biak, maka PSBS Biak pun diundang untuk mengikuti kegiatan – kegiatan sepakbola yang berskala propinsi (Irian Jaya saat itu), dimana telah terbentuk team PSBS dengan angkatan pertama seperti Wempi Inggamer, Farwas, Hendrik Tan, Benny Lie, Frans Karubaba, Wempi Inggamer, Yance Warrer, Thinus Wabiser, dan lain – lain dibawah kepemimpinan David S. Bettay.

Dan pada saat itu PSBS BIAK sudah memiliki kekuatan yang cukup diperhitungkan dan sebagai klub tertua kedua di Provinsi Papua (nama saat ini) setelah Klub PERSIPURA Jayapura yang berdiri tepat tahun 1962.

Seiring dengan mulai meroketnya nama PSBS Biak di kancah persepakbolaan Irian Jaya sehingga pemerintah merasa perlu untuk menyiapkan fasilitas stadion yang memadai sebagai home base bagi klub PSBS Biak. Dengan partisipasi yang sangat baik dari masyarakat, terbukti dengan disiapkannya sebidang lahan oleh alm. Esau Rumaropen kepada Pemerintah Daerah yang terletak di jalan Pramuka maka pada tahun 1971 dimulailah pembangunan Stadion Cenderawasih yang didanai sebesar 50.000 IBRp.

Pada tahun 1973 Stadion Cenderawasih diresmikan oleh Gubernur Irian Jaya Bapak Acub Zaenal, dan untuk selanjutnya Stadion Cenderawasih menjadi tuan rumah event – event berskala regional terutama untuk penyisihan Kompetisi Perserikatan Zone XII yang melibatkan klub – klub dari Irian Jaya dan Maluku. Disitulah nama PSBS Biak makin berkibar di tanah Papua terbukti dengan kemampuannya untuk bersaing menjadi yang terbaik di wilayah Maluku – Irian Jaya bersama klub Persipura yang telah lebih dulu menjadi kiblat sepakbola nasional.

Selama kurun waktu 1964 – 1977 telah banyak kiprah PSBS di propinsi Papua (Irian Jaya saat itu), bahkan sampai ke Final Round tahun 1975 di Jakarta dengan para legenda Pemain PSBS seperti Robby Binur, Matheus Yarangga, Obeth Yarangga, Yulianus Yewun, Marthen Marisan, Markus Rumaropen, Tonny Bettay, Yusak Krey, Thinus Marin, Gustav Beroperay, Bram Mandosir, Dem Wakum dan lain – lain. Sejak saat itu Indonesia akhirnya mengenal team dari Papua bukan hanya PERSIPURA yang telah lebih dulu mengentak publik sepakbola Indonesia tetapi juga ada PSBS BIAK. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya ROBBY BINUR sebagai pemain PSBS BIAK yang mampu memperkuat Tim Nasional PSSI pada tahun 1977, yang kemudian pada tahun – tahun berikut PSBS juga mampu menyumbangkan pemain-pemainnya untuk ikut memperkuat Tim Nasional PSSI, diantaranya Elly Rumaropen, Adolf Rumaropen, Singh Bettay, Kamaruddin Bettay, Salmon Kbarek, Max Krey dll.

Setelah era tahun 1970an kiprah PSBS BIAK d kancah sepakbola nasional masih memberi makna tersendiri dengan selalu ikut serta pada Kompetisi Antar Zona dan senantiasa lolos ke putaran berikutnya, termasuk juga dalam Kompetisi Yunior Nasional (Suratin Cup) dimana prestasi terbaik PSBS adalah melaju ke semi final pada Tahun 1985.

Seiring dengan berjalannya waktu dimana klub – klub lain asal Papua sudah semakin serius mengelola team sepakbolanya pada tahun 1990an, klub PSBS BIAK justru kurang fokus mengurus dan mengelola kompetisi sehingga PSBS BIAK malah semakin menurun prestasi sepakbolanya dibandingkan dengan daerah – daerah lain seperti Persiwa Wamena, Perseman Manokwari, Perseru Serui yang nota bene pada tahun – tahun sebelumnya selalu menjadi lumbung gol bagi PSBS BIAK.

Sampai dengan pada saat Bapak Yusuf Melianus Maryen terpilih sebagai Ketua Umum PSBS pada tahun 2004 kemudian beliau mulai menata ulang pengelolaan klub PSBS BIAK dengan dibantu oleh Bapak Nehemia Wospakrik selaku Ketua Harian, perubahan dilaksanakan segera untuk mencapai target yang lebih baik dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya dimana pada saat itu tersedia dana yang cukup untuk mengembangkan dan mengembalikan nama besar PSBS BIAK di kancah sepakbola Papua dan Nasional.

PSBS BIAK kembali mulai merangkak dari Divisi Tiga Kompetisi PSSI dengan rekrutmen pemain – pemain berbakat dan juga pelatih berkwalitas untuk menuju ke target – target selanjutnya. Terbukti yang mana PSBS BIAK mampu untuk maju ke kasta amatir yang lebih tinggi yaitu Divisi Dua bahkan menembus Divisi Satu.

Dan puncak prestasi yang dicapai adalah saat PSBS Biak menjadi kampiun Nasional Kompetisi Divisi I Liga Indonesia XVI pada tahun 2010 di bawah komando Pelatih Frangki Samay, dengan beberpa pemain – pemain muda berbakat seperti Alex Rumaropen, Renold Rumaropen, Yusak Redjauw,Luis Korwa, Ortis Kurni, Patrias Rumere, Patrison Rumere, Gerard Rumaropen, Paulus Rumaropen, Ronald Tomahuw, Albert Msen dan lain lain. Semua bisa tercapai berkat kerja keras dari managemen klub, pengurus dan terlebih team pelatih dan pemain yang menunjukkan motivasi dan permainan yang mampu menarik simpati dari kalangan persepakbolaan nasional.

Selanjutnya PSBS Biak berkiprah pada level profesional yaitu Kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia tepatnya dimulai pada musim kompetisi 2011 – 2012, yang mana pada musim tersebut PSBS Biak dibawah komando Pelatih Rully Nere dan Manager Nehemia Wospakrik berhasil menduduki peringkat ke 5 dari 11 klub yang berlaga untuk Wilayah Timur, sehingga masih tetap berkompetisi pada Kasta Level 2 tertinggi di Republik Indonesia.

Namun semua perjalanan tersebut tidak lepas dari permasalahan – permasalahan terutama menyangkut dana operasional Klub akibat Kebijakan Pemerintah Pusat yang melarang penggunaan dana APBD untuk kegiatan pengelolaan Klub Profesional.

Terlepas dari segala hambatan dan keterbatasan PSBS Biak pada musim kompetisi 2011 – 2012 telah menunjukkan prestasi yang cukup baik, namun alangkah baiknya bila pada saat ini meskipun lebih terbatas lagi dalam hal pendanaan akan tetapi jika spirit dan motivasi untuk memberikan yang terbaik mengharumkan nama Kabupaten Biak Numfor di kancah sepakbola nasional sudah selayaknya kita semua bersatu hati, bersatu pikiran dan tenaga untuk meloloskan PSBS Biak ke kasta tertinggi yaitu Indonesia Super League. Mengingat kesenioran Klub PSBS Biak yang merupakan klub tertua kedua di Tanah Papua setelah PERSIPURA yang sudah merambah prestasi mengkilap di Tingkat Nasional maupun Internasional, tidak ada salahnya kita juga mengejar harapan untuk mencapai prestasi yang sama.

Untuk musim kompetisi 2012 – 2013 saat itu Klub PSBS Biak di bawah komando Manager Lukas Rumere dan Pelatih Kepala M. Jaelani Saputra dibantu oleh Asisten Pelatih Lamberth Yarangga dan Renold Rumaropen telah menembus Babak 12 Besar bersaing bersama – sama dengan Klub – klub lainnya yang sudah memiliki nama besar di persepakbolaan Indonesia, seperti PERSEBAYA Surabaya, PSIS Semarang, PERSIK Kediri,PERSIKABO dan lain – lain. Dilanjutkan dengan Kompetisi Divisi Utama Tahun 2014 (tahun terakhir dengan Nama DIVISI UTAMA) dibawah komando Manager Thomas Ondy dan Pelatih Frangky Samay, PSBS tetap bertahan di Divisi Utama.

Pada tahun 2015-2016 dimana PSSI terkena sanksi FIFA sehingga tidak adanya kompetisi professional di tanah air, barulah pada tahun 2017 dilakasanakan Kompetisi dengan nama baru LIGA 2 untuk kasta kedua professional di tanah air. Saat itu PSBS BIAK bergabung bersama 65 klub lainnya dibagi dalam 8 grup untuk memperebutkan 24 Tim terbaik yang akan tetap bertahan di Kompetisi Profesional LIGA 2.

PSBS BIAK yang dikomandani oleh Pelatih Kepala Frangki Samay dan Manager Daniel Karetji berhasil memperoleh posisi 16 Besar di LIGA 2 era pertama yang nantinya akan terbagi menjadi 2 Wilayah yaitu Timur dan Barat.

Pada tahun 2018-2019 dimulainya era baru LIGA 2 dengan format 2 Wilayah, yaitu TImur dan Barat yang terdiri dari masing-masing 12 klub dan dibagi berdasarkan kedekatan geografis. Pada saat itu dengan persiapan yang cukup singkat, dibawah Pimpinan Ketua Umum HERRY ARIO NAAP, Manager FREDDY MONTOLALU & JIMMY CARTER R. KAPISSA dengan Pelatih Kepala Slamet Riyadi, Asisten Pelatih Jaelani Saputra dan Pelatih Kiper Jendry Pitoy team PSBS BIAK berhasil mempertahankan posisi ke 8 Klasemen akhir sehingga tetap bertahan di LIGA 2.

Namun memasuki tahun 2020 awal Kompetisi LIGA 2 2020, tidak disangka terjadi bencana yang melanda seluruh dunia yaitu Pandemi COVID 19, dan berdampak kepada seluruh sendi-sendi kehidupan termasuk kegiatan sepakbola di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Selama masa tersebut sejak Maret 2020 sampai dengan Juli 2021 kegiatan sepakbola benar – benar vakum di tanah air.

Seiring menurunnya Pandemi COVID-19 tahun 2021, pada bulan Juli 2021 PSSI dan PT. LIB memutuskan untuk mengadakan kegiatan persepakbolaan di tanah air sehingga Kompetisi LIGA 2 baru dijalankan pada tahun 2021 dengan Format Home Turnamen yang terdiri dari 4 Grup berisikan 6 Klub yang mana format Home Turnament dengan mengambil kedekatan geografis dan dengan protocol pencegahan penularan COVID 19 secara ketat, PSBS BIAK tergabung pada Grup 4 yang berkandang di Palangkaraya (Putaran 1) dan Balikpapan (Putaran 2).

Klub PSBS BIAK yang dikomandoi oleh Manager JIMMY CARTER KAPISSA Bersama Pelatih Kepala Ega Raka Ghalih meski dengan persiapan dan pendanaan yang minim berhasil mempertahankan prestasi dengan menduduki peringkat ke 5 Grup dengan dramatis yang mana pada pertandingan penutup seluruh ke 6 klub di grup 4 belum ada satupun yang memastikan tiket ke babak selanjutnya maupun yang terdegradasi ke LIGA.

Sungguh suatu perjuangan yang luar biasa dengan motivasi dari Manager JIMMY CARTER R. KAPISSA, pada pertandingan terakhir PSBS berhasil menahan imbang Persewar Waropen dengan gol penyama kedudukan daari RONALD TOUMAHUW pada menit – 89 sehingga skor akhir 1-1 dan PSBS BIAK tetap bertahan pada LIGA 2 untuk musim berikutnya, dan membuat klub Mitra Kukar yang pada babak penyisihan 2 kali berhadapan dengan PSBS BIAK dan hasilnya adalah 1 kali draw dan 1 kali PSBS BIAK menang yang membuat Mitra Kukar yang bertabur bintang dan memiliki finansial yang kuat degradasi ke Liga 3.

Pada pertandingan versus Mitra Kukar tersebutlah yang mana salah satu pemain asuhan Manager JIMMY CARTER R. KAPISSA atas nama JEAM KELLY SROYER dipanggil memperkuat Timnas Indonesia U-19. Kelak Kelly Sroyer yang memperkuat Tim Sepakbola Sea Games Kamboja meraih medali emas.

Sungguh kompetisi LIGA 2 2021 sangat menyita dan menguras tenaga, pikiran, keringat dan air mata. Seandainya pertandingan terakhir tersebut hasil akhir 1-0 untuk Persewar, bisa dipastikan PSBS BIAK terdegradasi ke Liga 3. Patut seluruh Managemen Tim dibawah Komando JIMMY CARTER R. KAPISSA mendapatkan apresiasi yang menjulang, meskipun dengan keterbatasan dana.

Pada tahun 2022 kembali PSBS BIAK berkiprah pada LIGA 2 2022/2023, namun diperjalanan kompetisi tersebut terhenti diakibatkan adanya Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Suatu noda kelam yang merusak tatanan sepakbola Indonesia. Beruntung Kab. Biak Numfor dalam hal ini Stadion Cenderawasih dengan keterbatasan fasilitas namun dengan mempertimbangkan factor keamanan dipercaya untuk menjadi tuan rumah Liga 1 Wanita (Galanita) yang mempertemukan tim-tim besar baik PERSIPURA Jayapura, PSM Makasar, Persebaya Surabaya, bahkan dari PERSIJA Jakarta, dan berjalan dengan lancer.

Dalam sekapur sirih ini ada peran besar seorang Asisten Pelatih yang betul – betul mendedikasikan hidupnya untuk Sepakbola Biak Numfor yaitu Sdr. LAMBERT YARANGGA yang sudah terpanggil untuk melatih pemain usia dini, Yunior bahkan tingkat senior. Sampai sekarangpun Beliau masih aktif untuk menangani sepakbola dan sudah menjadi Asisten Pelatih PSBS BIAK sejak tahun 1998 sampai sekarang. Loyalitas, totalitas dan kesungguhan yang sulit dijumpai di jaman sekarang ini.

Mengingat sebagai indikator akan bibit – bibit berbakat dari daerah Kabupaten Biak Numfor, dapat kita lihat dimana setiap klub asal Papua baik yang berlaga baik di level profesional maupun amatir senantiasa menggunakan jasa pemain – pemain yang berdarah Biak sehingga tidak ada salahnya apabila PSBS Biak juga mampu berkompetisi pada kasta paling elite di Tanah Air yaitu LIGA 1. Bahkan Klub Persipura dimasa berdirinya sampai saat ini masih tetap mengandalkan pemain-pemain berdarah Biak didalamnya, sebut saja sejak era Timo Kapisa, Hengki Rumere, Panus Korwa , sampai saat ini dimana ada Lukas Mandowen, Ian Kabes dan lain-lain.

Hal itu menunjukkan bahwa memang Biak adalah sumber pemain bola bertalenta, tinggal bagaimana kita membina dan mengarahkan mereka,dengan disertai pendanaan maupun sponsorship yang baik, infrastruktur yang baik bisa dipastikan PSBS BIAK juga mampu berbicara lebih di kancah nasional maupun internasional. Sebagai catatan khusus untuk kejuaraan sepakbola nasional dari level manapun hanya 2 Klub asal Papua yang berhasil menjadi Juara Nasional yaitu PERSIPURA (yang bertabur gelar baik di ISL, maupun era 1980an di Piapa Presiden) dan PSBS BIAK di DIVISI 1 Nasional pada tahun 2010.

Sebagai pemerhati dan pecinta PSBS BIAK perkenankan penulis untuk memberikan saran dan masukan juga terkait fasilitas infrastruktur Stadion Cenderawasih Biak yang memiliki nilai historis tertua di Papua yang didirikan tahun 1971 yang sudah melaksanakan Kompetisi Regional dan Wilayah sejak saat itu dan menjadi saksi sejarah PSBS BIAK dalam supremasinya di Papua dan Maluku, kiranya dapat direnovasi sebagai stadion modern yang akan menjadi home base dari PSBS BIAK lebih nyaman, lebih standard dan memberikan nilai tambah bagi Kabupaten Biak Numfor yang meskipun kapasitas penampungan penonton maksimal 10,000 tapi representative dan dapat diabadikan sebagai salah satu Stadion Terbaik di Wilayah Timur Indonesia.

Akhir kata, demikian sekelumit pasang surut supremasi dan sejarah Klub PSBS Biak di persepakbolaan Indonesia umumnya dan Papua khususnya, semoga dapat memberikan inspirasi baik bagi pemain, pengelola, pengurus dan setiap insan sepakbola yang merasa menjadi warga Kabupaten Biak Numfor, apabila ada kekurangan maupun kekeliruan data kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan tetap menerima masukan untuk dapat menyempurnakan sejarah persepakbolaan PSBS BIAK.

Report

Tim Kebanggaan Masyarakat Suku Biak

group of people playing soccer on soccer field
group of people playing soccer on soccer field

And let's not forget

Join PSBS BIAK 1964

Experience the thrill of playing for PSBS BIAK 1964, a football club known for its winning spirit and dedication. Join our team and be a part of our journey towards success.

About PSBS BIAK 1964

PSBS BIAK 1964 is a renowned football club with a legacy that dates back to 1964. We are dedicated to promoting the sport and nurturing young talents. Our mission is to inspire, entertain, and unite fans through the power of football. Join us on this incredible journey and be a part of our winning team.

NAPI BONGKAR

Contact Us